Sunday, February 14, 2010

Kabupaten Wakatobi



Kabupaten Wakatobi adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wangi-Wangi, dibentuk berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Luas wilayah 823 km² dan pada tahun 2003 berpenduduk 91.497 jiwa, terdiri dari laki-laki 44.843 jiwa dan perempuan 46.654 jiwa.

Wakatobi juga merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta ha, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia.

PDRB Kabupaten Wakatobi berdasarkan harga berlaku pada tahun 2003 sebesar Rp. 179.774,04 juta, sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 160.473,67 juta. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Perkapita Kabupaten Wakatobi pada tahun 2002 adalah sebesar 1.833.775,23 rupiah, menjadi 2.026.993,35 rupiah pada tahun 2003 atau naik sebesar 10,54 persen.


Keadaan Wilayah

Letak Geografis

Kabupaten Wakatobi terletak di kepulauan jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Dan bila ditinjau dari peta Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa, memanjang dari utara ke selatan diantara 5.00 º - 6.25 º LS (sepanjang ± 160 km ) dan membentang dari barat ke timur diantara 123.34 º - 124.64 º BT (sepanjang ± 120 km ).

Luas Wilayah

Luas wilayah daratan ± 823 km² dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 18.377,31 km², berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara
Sebelah Timur : Laut Banda
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kabupaten Buton

Iklim

Keadaan musim pada umumnya sama seperti daerah–daerah lain di Indonesia dimana mempunyai 2 musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 m dari permukaan laut dan berada disekitar daerah katulistiwa, sehingga daerah ini beriklim tropis.


Pemerintahan

Kabupaten Wakatobi, saat ini dipimpin oleh Bupati Ir. Hugua.

Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi untuk keadaan tahun 2003 terdiri dari 5 Kecamatan yaitu
Kecamatan Binongko
Kecamatan Kaledupa
Kecamatan Tomia
Kecamatan Wangi-Wangi
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Liya Togo, Kecamatan Liya
Togo, Kecamatan Tomia Utara
Timu, Wakatobi,Kecamatan Timu

Pemerintahan Desa

Kabupaten Wakatobi terdiri dari 61 Desa/Kelurahan yaitu 45 Desa dan 16 Kelurahan. Dari 61 Desa/Kelurahan pada tahun 2003 tersebut, 10 desa telah mencapai desa Swasembada atau 15,63 %, 16 Desa Swakarya atau 25,00 % dan 38 desa Swadaya atau 59,38 %.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Komposisi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Wakatobi hasil Pemilu 2004 berdasarkan partai peserta pemilu dan daerah pemilihan, dimana partai Golkar mendapat kursi terbanyak dengan mendapatkan 4 kursi disusul oleh PBB, PPP, PAN, PNBK, PBR dan PDIP dengan 2 kursi, selanjutnya Partai Merdeka, PKB, Partai Patriot Pancasila dan Partai Demokrat masing-masing 1 kursi dari 20 kursi di DPRD.


Penduduk dan Tenaga Kerja

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 87.793 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.620 jiwa dan perempuan 45.173 jiwa. Tiga tahun kemudian tahun 2003 diadakan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan yang disingkat P4B secara sensus, dengan hasil jumlah penduduk sebanyak 91.497 jiwa atau selama tiga tahun naik sejumlah 3.704 jiwa atau sekitar 1,41 persen per tahun.

Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 23,37 % berada di Kecamatan Wangi-Wangi, 19,05 % berada di Kecamatan Kaledupa, 17,86 % berada di Kecamatan Tomia dan 15,01 berada di Kecamatan Binongko.

Jumlah penduduk bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kaledupa 166 jiwa/Km², menyusul Kecamatan Tomia 141 jiwa/Km², kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 109 jiwa/Km².

Struktur Umur, Jenis Kelamin, dan Suku

Keadaan struktur penduduk pada tahun 2003, 34,55 % atau 31.610 jiwa adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun kebawah,

Rasio jenis kelamin di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2003 sebesar 96,12.

Terdapat 8 suku bangsa yang mendiami daerah Kabupaten Wakatobi, dengan data tahun 2000 sebanyak 87.793, suku bangsa yang terbanyak adalah Wakatobi 91,33 %, Bajau 7,92 %, dan suku lainnya jumlahnya dibawah 1 %.

Ketenagakerjaan

Penduduk usia kerja sebanyak 70.343 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 23.981 jiwa atau 34,09 % dan perempuan sebanyak 36,362 jiwa atau 65,91 %. Terdapat angkatan kerja 40.395 jiwa terdiri dari yang bekerja 37.678 jiwa atau 93,27 % atau 53,56 % terhadap penduduk usia kerja dan pengangguran terbuka sebanyak 6,73 %. Bukan angkatan kerja sebanyak 29.408 jiwa atau 41,81 % dari usia kerja yang terdiri dari sekolah 15.740 jiwa atau 53,52 %, mengurus rumah tangga dan lainnya sebesar 13.668 jiwa atau 46,48 %.

Bila dilihat menurut lapangan usaha maka yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan jumlah 43,609 jiwa atau 61,99 %, kemudian sektor perdagangan 15.635 jiwa atau 17,02 % disusul sektor jasa, industri dan transportasi.


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Wakatobi


Sumber Gambar:

http://epress.anu.edu.au/apem/boats/images/map-2-2.jpg


Peta Wakatobi


View Larger Map

Profil Kabupaten Wakatobi

Kabupaten Wakatobi adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wangi-Wangi. Kabupaten ini terletak diantara 5.00 - 6.25 Lintang Selatan dan 123.34 - 124.64 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Wakatobi disebelah utara berbatasan dengan Laut banda, disebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, Sebelah timur berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda. Kabupaten Wakatobi memiliki luas wilayah daratan seluas 823 km2 dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 18.377,31 km2.

Dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Wakatobi, 37% digunakan untuk usaha pertanian yaitu untuk tegal/kebun, ladang/huma, tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan/hutan rakyat, dan perkebunan rakyat. Tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi terdiri dari padi ladang, Jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Dari lima jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi, tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang paling tinggi produksinya. Untuk Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten ini terdiri dari alpokat, belimbing, duku/langsat, jambu biji, Jambu Air, Jeruk, Mangga, Nangka/Cempedak, Nenas, Pepaya, Pisang, Sirsak dan Sukun. Kabupaten ini juga banyak menghasilkan produk sayur-sayuran seperti terdiri dari bawang merah, kacang merah, kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terung, ketimun, labu, kangkung, bayam dan semangka.

Di sektor perkebunan, komoditas unggulan dari kabupaten ini terdiri dari 12 jenis yaitu Aren/Enau, Asam Jawa, Cengkeh, Jambu Mete, Coklat/Kakao, Kapuk, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kemiri, Kopi, Lada dan Pala.

Sektor lain yang sudah lama menjadi urat nadi kegiatan ekonomi Wakatobi adalah perikanan. Di perairan wilayah ini hidup berbagai jenis ikan karang seperti botana, bendera, beberapa ikan hias, dan napoleon. Selain itu terdapat beberapa ikan ekonomis seperti cakalang, kerapu, sunu, cucut, tuna, dan kakap.

kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional yang dijadikan tempat peneliti untuk meneliti terumbu karang. Salah satunya adalah Yayasan Pengembangan Wallacea lewat Operasi Wallacea. Wakatobi memang mempunyai data tarik tersendiri. Kepulauan yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi ini mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba, dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam.


Sumber Data:
Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2007
(01-8-2007)
BPS Provinsi Sulawesi Tenggara
Jl. Made Sabara No. 3, Kendari 93111
Telp (0401) 321751
Fax (0401) 322355

Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=7409

Garin Ajak Nadine Buat Film di Wakatobi


Sutradara kawakan, Garin Nugroho, akan menggandeng Putri Indonesia 2007 Nadine Chandrawinata dalam pembuatan film layar lebar yang mengambil lokasi di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Keterlibatan Nadine dalam film itu dilatarbelakangi oleh kesuksesannya dalam mempromosikan keindahan bawah laut Pulau WAkatobi, kata Bupati Wakatobi, Hugua, di Kendari, Jumat.

“Saya belum tahu judul film dan alur cerita yang akan diangkat dalam pembuatan film di Wakatobi, tetapi pihak produser melalui Nadine mungkin sudah pernah bercerita banyak dengan Sutradara Garin Nugroho tentang kisah keindahan taman laut di Wakatobi,” katanya.

Meski mengaku belum bertemu langsung dengan Garin Nugroho, Hugua yakin bahwa keberadaan Nadine dalam film ini akan banyak mewarnai ide cerita karena putri Indonesia itu banyak berpengalaman dalam penyelaman di dasar laut.

Wakatobi menyambut gembira rencana pembuatan film di Wakatobi karena akan bermanfaat dalam mempromosikan potensi daerah dan sekaligus bisa menjadi ikon tujuan bagi wisatawan dalam maupun luar negeri.

Menurut Hugua, secara pribadi artis cantik kelahiran Jerman 24 tahun silam itu juga sudah menyatakan keinginannya sebagai pemeran utama dalam film tersebut.

Nadine akan mengajak seluruh keluarganya, khususnya adik kembarnya, Marcel-Mischa Chandrawinata yang juga artis dan pemain sinetron untuk “bareng” dalam pembuatan film nanti, kata Hugua, mengutif pengakuan Nadine.(*)

Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/7/11/garin-ajak-nadine-buat-film-di-wakatobi/
dalam :
http://www.garinnugroho.com/2008/07/garin-ajak-nadine-buat-film-di-wakatobi/
22 Juli 2008

Sumber Gambar:
http://celebrity.okezone.com/images-data/content/2008/05/07/33/107202/hiTEC4MAYF.jpg

Keindahan Karang Wakatobi


Destinasi kali ini akan mengusik jiwa petualang anda. Sebuah kawasan yang masih terbilang masih asli menawarkan perjalanan yang tak terlupakan. Adalah Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.

Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.

Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah.

Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00.

Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari.

Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih ‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.

Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.

Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional.

Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara.

Pastikan Wakatobi menjadi destinasi kunjungan anda selanjutnya. Berikan liburan yang sedikit berbeda kepada keluarga anda. So, it’s different vacation girls... ee


Sumber :
Perempuan.com, dalam :
http://liburan.info/content/view/162/43/lang,indonesian/

Sumber Gambar :
http://www.panoramio.com/photo/777855

Bupati Wakatobi Ir Hugua Raih Leadership MDGs Award 2009


Ir Hugua; meski memimpin kabupaten yang baru berusia enam tahun, ternyata berhasil menggondol Leadership MDGs (Millennium Development Goals) Award 2009.
Penghargaan tersebut diberikan oleh Kementerian Koordinator bidang Kesra berkerjasama dengan LeadershipPark Institute kepada sejumlah kepala daerah lainnya (dua orang gubernur, sembilan bupati dan delapan walikota). Menko Kesra Agung Laksono menyerahkan penghargaan tersebut, Rabu (23/12), di Auditorium TVRI, Jakarta.

Hugua -- empat tahun menjadi bupati-- merasa bangga, bahwa sepak terjangnya membangun Wakatobi ternyata membawa hasil. “Saya, seluruh aparat dan rakyat tidak sia-sia,” katanya ketika dimintai komentarnya oleh wartawan usai penyerahan penghargaan.

Delapan sasaran MDGs meliputi pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, pemerataan pendidikan dasar, mendukung persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, menuingkatkan kesehatan ibu, perlawanan terhadap HIV, AIDS, malarian dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup dan mengebangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Ternyata Hugua dengan cerdas dan manis bisa memanfaatkan kemampuan pribadi, potensi alam dan kemampuan sumberdaya manusia daerah, semua elemen masyarakat Wakatobi untuk ‘menyelesaikan’ tantangan sasaran MDGs tersebut.

Dengan bertolak dari kebudayaan daerah, visi global, MDGs dijadikan semangat untuk mengubah standar lokal menjadi standar global. Spirit inilah yang dijadikan landasan Hugua untuk membangun daerah berpenduduk sekitar 100.600 jiwa tersebut.

Hugua yang mengibaratkan pemerintah pusat sebagai garuda besar dan pemerintah daerah sebagai garuda kecil (bertolak dari lambang Garuda Pancasila) , mengatakan pemerintah pusat harus memperhatikan dan bagaimana menjadikan agar garuda-garuda kecil tersebut benar-benar gemuk, dan bukan justru sebaliknya, garuda besar yang gemuk. “Garuda-garuda kecil harus kuat, sehingga paradigma daerah berubah menjadi paradigma global,” kilahnya.

Tak heran bila Perserikatan Bangsa-Bangsa pun memberi penghargaan kepada kabupaten yang kaya dengan jenis terumbu karang ini. Maklum Hugua bisa menurunkan angka kemiskinan hingga 7,0%, sukses dalam program wajib belajar 12 tahun dan rakyatnya terjamin kesehatannya. Betapa tidak, di Wakatobi perbandingan antara dokter dan penduduk 1 : 2.700. Artinya seorang dokter melayani sekitar 2.700 penduduk. “Fasilitas puskesmas, puskesmas pembantu maupun posyandu lumayan memadai,” katanya.

Meski demikian Hugua mengakui masih ada kendala, yakni para ibu hamil maupun yang akan melahirkan masih banyak yang mengandalkan para dukun. “Kami tidak melarang, namun para ibu tersebut setelah pergi dukun diharapkan juga ke bidan atau dokter. Jadi jangan melarang mereka pergi ke duku. Ke dukun silakan, tapi setelah itu silakan juga ke bidan atau dokter,” katanya.

Penghargaan di WOC

Tak kalah pentingnya tentu masalah lingkungan yang selalu dijaga, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan berjalan lumintu. Dan ini tergambarkan pada upaya pemerintah kabupaten menjaga keberadaan terumbu karang yang beraneka ragam yang memiliki ratusan spesies

Pada acara World Ocean Conference (WOC) atau dikenal Konferensi Kelautan Dunia yang berlangsung pada pertengahan Mei di Manado (Sulawesi Utara), Bupati Wakatobi Hugua menerima penghargaan bersama tujuh gubernur, dan beberapa bupati dan walikota. Mereka dianugerahi oleh World Wildlife Fund (WWF).

Hugua mengungkapkan dirinya bersyukur karena mendapat penghargaan sebagai bupati yang berkomitmen dalam pembangunan kerakyatan berbasis lingkungan. Hal ini merupakan suatu hal yang luar biasa bagi pemerintah Wakatobi.

Salah satu yang ikut dipertahankan kelestariannya di perairan Wakatobi adalah populasi penyu dan keanekaragaman terumbu karang. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pendataan WWF di Wakatobi yang dilakukan dalam kurung waktu satu tahun terakhir dan menunjukkan populasi penyu bertelur di daerah pulau-pulau penghuni bertambah 400 persen.

“Inilah salah satu kerja keras warga Wakatobi dalam rangka mempertahankan kelestarian populasi penyu di Wakatobi,” kata Hugua. (heru)


Sumber :
http://www.menkokesra.go.id/content/view/13817/39/

Sumber Gambar:
http://matanews.com/wp-content/uploads/Bupati-Wakatobi-Hugua.jpg

Wakatobi Pusat Penelitian Bawah Laut Dunia

Kekayaan keragaman hayati atau biodiversity terumbu karang di kawasan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, bukan cuma menarik untuk kepentingan pariwisata, melainkan juga ilmu pengetahuan dan penelitian. Bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi ternama di Eropa, Pemerintah Kabupaten Wakatobi akan menjadikan Taman Nasional Wakatobi sebagai pusat keunggulan dunia untuk penelitian bawah laut.

”Proses pembangunan pusat keunggulan penelitian bawah laut dunia itu sedang dalam persiapan,” kata Hugua, Bupati Wakatobi, di Wangi-wangi, Wakatobi, Kamis (4/12).

Hugua menyebutkan, Wakatobi layak mengklaim sebagai surga nyata bawah laut di jantung segitiga terumbu karang dunia yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Niugini, Pulau Solomon, dan Timor Leste. Taman Nasional Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang dari 850 jenis terumbu karang di dunia.

”Dari tiga pusat penyelaman kelas dunia, Wakatobi lebih unggul dan menakjubkan. Ini sudah diakui dunia. Karibia hanya punya 50 jenis terumbu karang, sedangkan Laut Merah (Mesir) punya 300 jenis terumbu karang,” jelas Hugua.

Selama ini, peneliti dari sejumlah negara datang ke Wakatobi untuk meneliti biodiversity bawah laut. Bahkan, pada 2009 ratusan peneliti dunia akan mengadakan pertemuan untuk presentasi soal kajian bawah laut di Wakatobi.

Sebagai tahap awal, kata Hugua, Pemkab Wakatobi menyiapkan bangunan di Pulau Hoga untuk menjadi laboratorium lahan basah (wetland laboratorium) pada 2009. Untuk sumber energi, dikembangkan dari tenaga air, angin, atau matahari.

Veda Santiaji, Project Leader Joint Program The Nature Conservancy-WWF untuk Taman Nasional Wakatobi, mengatakan sumber daya alam di Wakatobi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai laboratorium alam yang luar biasa. WWF mengidentifikasi delapan sumber daya alam yang penting di Taman Nasional Wakatobi.

Sumber daya alam di Wakatobi itu meliputi terumbu karang, mangrove, lamun atau padang rumput laut (sea grass), daerah pemijahan ikan, mamalia laut, burung-burung migrasi, peneluran penyu, dan ikan-ikan pesisir. ”Tetapi yang penting, Pemkab Wakatobi harus tegas soal zonasi wilayah yang sudah disepakati,” kata Veda.


Sumber:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/05/00381710/wakatobi.pusat.penelitian.bawah.laut.dunia, dalam :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=8802&Itemid=838
5 Desember 2008