''Saya, seluruh aparat dan rakyat tidak sia-sia bekerja,'' kata-kata itu spontan dilontarkan Bupati Wakatobi Ir Hugua ketika ditemui pers usai menerima Leadership MDGs Award 2009 di Jakarta, Rabu (23/12).
Pantaslah rasa bangga itu menyeruak mengingat baru empat tahun tahun Hugua memimpin Wakatobi, sebuah kabupaten baru di Sulawesi Tenggara yang baru berusia enam tahun. Hasil pemekaran wilayah Kabupaten Buton. Nyatanya Wakatobi mampu bersaing dengan para 'senior' seperti Sragen, Kudus dan Purbalingga di Jawa Tengah maupun Solok dan Sawahlunto di Sumatera Barat.
Penghargaan Leadership MDGs Award 2009 diberikan Kementerian Koordinator bidang Kesra berkerjasama dengan LeadershipPark Institute kepada sejumlah kepala daerah lainnya (dua orang gubernur, sembilan bupati dan delapan walikota). Menko Kesra Agung Laksono menyerahkan penghargaan tersebut, Rabu (23/12), di Auditorium TVRI, Jakarta.
Delapan sasaran MDGs meliputi pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, pemerataan pendidikan dasar, mendukung persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, menuingkatkan kesehatan ibu, perlawanan terhadap HIV, AIDS, malarian dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup dan mengebangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Ternyata Hugua dengan cerdas dan cekatan bisa memanfaatkan kemampuan pribadi, potensi alam dan kemampuan sumberdaya manusia daerah, semua elemen masyarakat Wakatobi untuk ‘menyelesaikan’ tantangan sasaran MDGs tersebut.
Mengubah Perilaku
Mengubah perilaku masyarakat tentu bukan hal mudah, apalagi jika kebiasaan itu terkait dengan kebutuhan hidup yang sudah berlangsung turun-temurun. Hugua, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang kini menjadi Bupati Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ternyata mampu mengubah kebiasaan warganya.
Jauh sebelum menjadi Bupati Wakatobi, Hugua, ayah dari dua putra ini, memang dikenal sebagai sosok 'pendekar Lingkungan' yang pantang menyerah. Di tengah maraknya warga mengandalkan batu karang sebagai bahan bangunan rumah, ia tak patah arang. Kepiawaiannya mendekati warga di wilayah-wilayah pesisir dari rumah ke rumah, dengan menawarkan solusi membangun rumah menggunakan bahan kayu, akhirnya beroleh hasil. Tawaran solusinya itu kemudian bisa dipahami warga.
Melangkah dengan jejak pengalaman LSM dipadu kebudayaan daerah, visi global MDGs menjadi semangat Hugua untuk mengubah standar lokal menjadi standar global. Spirit inilah yang dijadikan landasan Hugua untuk membangun daerah berpenduduk sekitar 100.600 jiwa tersebut.
Hugua yang mengibaratkan pemerintah pusat sebagai garuda besar dan pemerintah daerah sebagai garuda kecil (bertolak dari lambang Garuda Pancasila) , mengatakan pemerintah pusat harus memperhatikan dan bagaimana menjadikan agar garuda-garuda kecil tersebut benar-benar gemuk, dan bukan justru sebaliknya, garuda besar yang gemuk.
“Garuda-garuda kecil harus kuat, sehingga paradigma daerah berubah menjadi paradigma global,” ungkap bapak dua anak.
Tak heran bila Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi penghargaan kepada kabupaten yang kaya dengan jenis terumbu karang ini. Maklum Hugua bisa menurunkan angka kemiskinan hingga 7%, sukses dalam program wajib belajar 12 tahun dan rakyatnya terjamin kesehatannya.
''Di Wakatobi perbandingan antara dokter dan penduduk adalah satu berbanding 2.700. Artinya seorang dokter melayani sekitar 2.700 penduduk. “Fasilitas puskesmas, puskesmas pembantu maupun posyandu lumayan memadai,” katanya.
Meski demikian Hugua mengakui masih ada kendala, yakni para ibu hamil maupun yang akan melahirkan masih banyak yang mengandalkan para dukun. “Kami tidak melarang, namun para ibu tersebut setelah pergi dukun diharapkan juga ke bidan atau dokter. Jadi jangan melarang mereka pergi ke dukun. Ke dukun silakan, tapi setelah itu silakan juga ke bidan atau dokter,” katanya.
Penghargaan WOC
Tak kalah pentingnya tentu masalah lingkungan yang selalu dijaga, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan berjalan lancar. Dan ini tergambarkan pada upaya pemerintah kabupaten menjaga keberadaan terumbu karang yang beraneka ragam yang memiliki ratusan spesies
Pada acara World Ocean Conference (WOC) atau dikenal Konferensi Kelautan Dunia yang berlangsung pada pertengahan Mei 2009 di Manado (Sulawesi Utara), Bupati Wakatobi Hugua menerima penghargaan bersama tujuh gubernur, dan beberapa bupati dan walikota. Mereka dianugerahi oleh World Wildlife Fund (WWF).
Hugua mengungkapkan dirinya bersyukur karena mendapat penghargaan sebagai bupati yang berkomitmen dalam pembangunan kerakyatan berbasis lingkungan. Hal ini merupakan suatu hal yang luar biasa bagi pemerintah Wakatobi.
Salah satu yang ikut dipertahankan kelestariannya di perairan Wakatobi adalah populasi penyu dan keanekaragaman terumbu karang. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pendataan WWF di Wakatobi yang dilakukan dalam kurung waktu satu tahun terakhir dan menunjukkan populasi penyu bertelur di daerah pulau-pulau penghuni bertambah 400 persen.
“Inilah salah satu kerja keras warga Wakatobi dalam rangka mempertahankan kelestarian populasi penyu di Wakatobi,” kata Hugua. (*)
Sumber :
http://beritabaru.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7465:wakatobi-kabupaten-baru-yang-sarat-prestasi&catid=62:nasional&Itemid=54
23 Desember 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment